Apakah dengan Menikah Lagi Masalah Akan Selesai?

Rabu, 24 Juli 2024
"Lama tak terdengar kabar, eh, tahu-tahu kamu menikah lagi. Selamat ya,Nduk, turut berbahagia. Akhirnya ...."



Pilihan menikah lagi, sebenarnya tidak sedikitpun terbesit dalam pikiran saya. 

Meskipun hampir 10 tahun lamanya menyandang status "single mom" dan beberapa dari keluarga dekat yang meributkan " kapan menikah lagi," nyatanya hati saya belum tergerak untuk mencari pasangan kala itu. 

Makanya tak heran, saat proses akad berlangsung di akhir bulan februari 2024 lalu. Saya melihat banyak yang menangis haru. Melihat pemandangan sedih itu, saya terenyuh.

Pesan dan nasihat satu per satu saya dapatkan dari keluarga besar. "Moga-moga ini yang terakhir, ya, nduk," ucap budhe saya. 

Mendengar itu, mata saya basah. Ternyata selama ini saya egois. 

Egois dalam arti, saya mengabaikan keinginan orang-orang terdekat yang sejatinya ingin melihat saya berumah tangga kembali. 

Jangankan mereka yang hanya melihat. Saya yang menjalani dan mendengar suami mengucapkan "Saya terima nikah dan kawinnya .... " hati saya berdebar hebat. Antara percaya dan tidak, bahwa saya akan mengemban tugas lagi. Tugas seumur hidup menjadi seorang istri.  

Tak dimungkiri, 10 tahun menjalani kehidupan sebagai single mom, membuat saya mati rasa. Terbesit juga ingin tetap sendiri sembari menemani anak-anak terus bertumbuh. 

Namun, takdir berkata lain. 

Saya dipertemukan kembali dengan jodoh. Yang hingga akhirnya, di masa menuju 11 tahun menjadi single mom, saya pun mantap memutuskan untuk menikah lagi. 

Bisa dibilang, pertemuan saya dan suami tidaklah lama. Cukup singkat malah. Lantas, kok bisa gitu aja memutuskan buat menikah? 

Jujur, bermodal bismillah dan keyakinan. 

Saya sangat yakin, kali ini Allah memberi saya kesempatan lagi untuk menjadi istri. Bisa jadi, Allah ingin saya memperbaiki apa saja yang kurang baik di masa lalu. Dan di masa depan, semoga tidak terulang. 

Sebenarnya, pertimbangan saya nggak cukup itu saja. Tentu, saya sudah memikirkan dengan matang kenapa akhirnya pilihan jatuh pada dia. 

Tapi lagi dan lagi, Jodoh adalah rahasia Tuhan. Sejauh apapun saya memikirkan dengan pertanyaan kenapa, kenapa dan kenapa. Pasti, saya tidak akan menemukan jawaban yang pasti

Yang jadi pertanyaan selanjutnya, apakah setelah menikah, saya terbebas dari masalah? 

Tentu saja, tidak. 

10 tahun sendiri, yang namanya masalah hidup datang silih berganti. Mulai dari masalah kecil, sedang, hingga yang besar saya hadapi. Sempat pesimis? Tentu saja.

Toh, saya manusia biasa. Pernah berada di titik terendah, namun tetap berusaha untuk bangkit. 

Jatuh, bangun. Berkali-kali dan berhasil melalui. Itu semua saya jadikan pelajaran hidup yang positif. 

Saya kuat hingga saat ini, pastinya ini terbentuk dari kehidupan saya di masa lalu. 

Maka, jika ada pertanyaan, apakah single mom dengan memutuskan menikah lagi akan terhindar dari masalah hidup? 

Jawabannya adalah TIDAK. 

Baik sendiri atau menikah lagi, percayalah masalah itu selalu ada. Hanya saja, beda permasalahan, beda penyelesaian. 

Sebab, orang yang kita hadapi memiliki karakter yang berbeda. 

Namun saya bersyukur, dengan kembalinya amanah ini, saya pun bertekad untuk terus belajar, belajar dan belajar.

Konon katanya, Hidup tanpa masalah adalah sekolah tanpa pelajaran. Sepakat? Hehehe

Lantas, apa masalah hidup yang saya hadapi setelah menikah lagi? 

Jika dibilang masalah, sebenarnya juga bukan masalah. Loh, kok? 

Saya bilang bukan masalah karena hal tersebut datang dari diri sendiri. 

Dan menurut saya juga sangat wajar dengan latar belakang kami yang sama-sama pernah gagal dalam pernikahan, tentunya saya dan suami melalui perjalanan hidup yang tidak mudah.

Saya dituntut kuat karena keadaan. 
Dia dituntut kuat juga karena keadaan. 

Saya dihadapkan dengan kehidupan yang cukup keras karena apapun masalahnya, saya harus mencari solusinya sendiri.Dia pun demikian. 

Karena kemandirian kami itulah,  tidak salah jika masing-masing masih memiliki sifat egois yang tinggi. 

Tapi justru di situlah seninya. 

Kami pun cepat tersadar bahwa sekarang ini kami berdua ibarat sepasang sepatu. Serasi, tapi bentuknya tidak sama persis. 

Saat berjalan, sepatu tidak pernah bergerak secara serempak; kaki kiri dan kanan tidak pernah berada dalam posisi yang sama, namun mereka memiliki tujuan yang sama. 

Sepatu itu tidak pernah berganti posisi, namun saling melengkapi. 

Selain ego, perihal komunikasi juga menjadi perhatian. 

Sejak awal menikah, kami sudah sepakat bahwa apa yang tidak suka, apa saja yang membuat tidak nyaman harus dikomunikasikan satu sama lain.

Well, saya bukan dukun yang bisa menebak isi hati dia. Sebaliknya, dia juga tidak bisa menerka-nerka apa yang tiba-tiba membuat saya murung kan?

Bahkan, tak segan saya juga berbagi perihal masalah pekerjaan online yang kerap saya hadapi. 

Dan syukur, perlahan-lahan, komunikasi ini bukan lagi masalah dalam pernikahan kami saat ini. Sebab dengan sangat sadar, kami mau belajar memperbaiki. 

Tapi, ada masalah lain yang kadang mengundang perdebatan sengit.Yaitu, kepercayaan. 

Emang dari dulu, soal kepercayaan ini saya jaga banget. Nggak hanya dalam hubungan rumah tangga. Hubungan teman dan bisnis pun sudah menjadi keharusan. 

Saya yakin, dia pasti belajar dari masa lalunya. Makanya, sebelum saya meminta dipahamkan. Dia sudah memahamkan terlebih dahulu.

Hanya saja, karena saking seringnya kepercayaan saya dikhianati. Saya nggak mudah percaya. Ini yang kadang bikin dia naik darah. Haha 

Meski sempat berdebat, kami pun sepakat untuk saling menjaga kepercayaan. Saling jujur satu sama lain. 

Sebab, kunci rumah tangga sakinah adalah suami dan isteri harus saling jujur. Dan kami belajar terus menerus soal itu. 

Kesimpulannya, Pernikahan kedua atau lebih tidak hanya tentang mengakhiri masalah, tetapi tentang melihat setiap pernikahan sebagai kesempatan baru untuk tumbuh, belajar, dan menyelesaikan masalah bersama.

Kunci sejati terletak pada komitmen untuk saling mendukung, berkomunikasi secara terbuka, dan menjadikan cinta sebagai pendorong untuk mencapai kebahagiaan dan keharmonisan dalam hidup.


Mohon doanya, semoga ini adalah pernikahan terakhir saya dan suami. 


Dan juga saya doakan buat siapapun yang membaca ini, jangan pernah menyerah jika tersandung masalah.


Ingatlah, 


Masalah adalah bagian alami dari kehidupan yang tidak bisa dihindari. Namun, reaksi kita terhadap masalah yang datang adalah kunci utama. 


Setiap masalah membawa peluang untuk belajar, tumbuh, dan menjadi lebih kuat. Dengan menghadapi masalah dengan sikap yang positif dan tekad yang kuat, kita bisa mengubah tantangan menjadi kesempatan untuk mencapai lebih banyak hal dalam hidup. 


Jadi, meskipun masalah akan selalu hadir, kita memiliki kekuatan untuk mengatasi dan melalui setiap rintangan yang datang.

Be First to Post Comment !
Posting Komentar

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9