Tidak sedikit orang yang dihantui rasa sakit hati atau kecewa pada diri sendiri terhadap keadaan sekarang, termasuk saya. Makanya saya bersyukur ketika di komunitas IIDN berkolaborasi dengan Ruang Pulih menghadirkan program Inner Child Healing Ambasador For Indonesia.
Pada intinya program tersebut sangat membantu saya dalam pemulihan jiwa, juga belajar memeluk Inner child atau luka masa kecil yang terus terbawa dan mempengaruhi kondisi psikologis saya sampai dewasa.
Saya pun mengucapkan banyak terima kasih kepada Ruang Pulih yang dibentuk oleh Intan Maria Lie ini telah mengadakan webinar dengan mengundang para pakar. Yang tujuannya membantu setiap orang yang mempunyai inner child untuk memahami serta menyembuhkan diri sendiri.
Memahami tentang Inner Child
Setiap orang mempunyai peristiwa
masa lalu yang membekas dan tidak dapat dengan mudah untuk terlupakan. Bahkan
bisa berdampak pada sikap setelah dewasa. Memahami bahaya dan perlunya
penanganan inner child yang terjadi pada seseorang, maka diadakan acara Parade
Happy Inner Child.
Nama acara ini sengaja menggunakan
istilah parade karena memang diselenggarakan dalam beberapa waktu berbeda
secara berurutan. Pada sesi pertama hadir sebagai pembicara seorang psikiater
kondang, Dr I Gusti Ray Wiguna, Sp, KJ. Selain itu juga mengisi secara virtual
Adji Santosoputro Penulis buku dan Founder Jeda Wellnest dan Santosha Emo Healing Center.
Dalam acara tersebut banyak dibahas
mengenai penyebab terjadinya inner child dan
cara mengatasinya. Inner child masih membekas
sehingga berpengaruh sampai sekarang.
Hal dapat terjadi karena perlakuan
kurang menyenangkan yang diterima baik dari orang tua, teman maupun lingkungan.
Luka pengasuhan ini bisa berdampak dengan bentuk melakukan hal yang sama,
meratapi kejadian tersebut dan menyebabkan seseorang kehilangan rasa percaya
diri.
Bagaimana menghadapi Inner Child?
Menurut dr. Rai, banyak orang yang
menemukan berbagai masalah secara mental seperti bipolar, mudah marah,
emosional karena hal tersebut.Orang
biasa mendistraksi masalah dengan kesibukan sehingga tidak terlihat.
Sedangkan seharusnya tidak seperti
itu cara mengatasi. Beban tersebut harus dikeluarkan, dituntaskan sehingga
tidak meninggalkan dampak buruk. Akibat jangka panjang bisa menyebabkan insecure yang berkepanjangan.
Lanjutnya, jika merasa luka, jangan
lari tapi harus mendampingi diri sendiri dan mengasuh agar luka tersebut
sembuh. Caranya adalah reparenting.
Kita harus terbuka dan berbicara pada diri sendiri untuk mau memaafkan masa
lalu tersebut.
Pada kenyataannya, menyadari luka
yang ada pada diri sendiri tidak mudah. Banyak yang bukan mencari penyembuhan,
tetapi justru menyalahkan orang lain. Sebagai contoh, ketika menjadi orang tua
yang keras pada anaknya.
Bukan mencari cara bagaimana dapat
mengendalikan emosi tersebut, namun justru menyalahkan orang tua karena dulu
melakukan hal yang sama. Sedangkan untuk bisa sembuh 100% harus berasal dari
dalam diri sendiri. Orang lain hanya bisa membantu dan support. Namun untuk bisa sembuh secara total tergantung dari
masing-masing.
Pada tahap serius penderita inner child dapat mengalami depresi. Sedangkan untuk
sembuh tidak selalu harus menggunakan obat. Menyadari kondisi dan berusaha
mengendalikannya jauh lebih penting.
Masalah inner
child bisa lebih serius jika orang yang mengidap tidak menyadarinya. Hal
ini menyebabkan merasa tidak ada yang perlu diperbaiki. Sedang jika tidak
segera teratasi bisa berdampak pada kualitas kehidupannya secara psikologis.
Sedangkan menurut Adji Saputra,
reaksi yang terkait dengan inner child berupa pelampiasan dengan marah mengumpat,
melempar barang dan hal kurang sehat lainnya. Marah yang terpendam juga kurang
baik dan dapat berakibat fatal.
Untuk mengatasinya harus dengan
melatih diri sendiri untuk bahagia. Berdamai dengan masa lalu itu suatu
keharusan. Menerima bahwa apa yang terjadi memang sudah seharusnya dan kehendak
Tuhan.
Langkah untuk mengendalikan adalah
dengan memahami bahwa terikat dengan masa lalu yang kurang menyenangkan tidak
baik. Secara bertahap, hal tersebut harus dilepaskan. Tujuannya adalah memberi
ruang untuk rasa bahagia datang dan mengisinya.
Cara menghadapi inner child
Masalah inner
child sulit hilang jika tidak ada semangat untuk menghilangkannya. Karena itu perlu membangun kesadaran untuk
tidak menyalahkan pada diri sendiri maupun pencetus masalah tersebut. Dua hal
ini justru menjadikan masalah tetap melekat dan tidak mendapatkan jalan penyelesaian.
Cara untuk mengatasi dengan:
1. Menerima keadaan masa lalu
Semua orang hadir dengan masa lalu,
menyenangkan maupun tidak, saat ini kita tidak bisa mengubahnya. Hal yang dapat
dilakukan adalah menerima semua keadaan masa lalu tersebut dan berdamai dengan
diri sendiri.
2. Reparenting
Cara kedua adalah reparenting. Langkahnya adalah membawa
diri kita pada masa kecil ketika luka tersebut datang. Kemudian meyakinkan diri
bahwa semua baik-baik saja. Berikutnya mengajak diri untuk mau menerima kondisi
tersebut dan mengambil pelajaran apa yang bisa dan tidak boleh dilakukan.
Langkah ini sangat efektif untuk bisa menerima keadaan.
3. Melepaskan emosi
Emosi yang terpendam sangat
berbahaya. pada titik tertentu bisa meledak dan berakibat fatal. Keadaan jiwa
ini harus tersalurkan dengan benar. Langkahnya adalah dengan melakukan hal-hal
positif.
Pengelolaan inner
child yang tepat dapat membantu penderita untuk sembuh dan mengembangkan
performanya. Dengan demikian bukan hanya
menjadi pribadi yang bahagia, tetapi bisa menggali potensi dan
mengembangkannya.
Masing-masing pribadi bertanggung
jawab untuk menyembuhkan diri sendiri. Pihak luar hanya bisa support namun niat untuk lepas dari
bayangan masa lalu harus tumbuh dan berasal dari masing-masing orang.
Masalah inner
child atau luka masa kecil bisa berakibat fatal pada diri seseorang.
Karena itu harus diatasi dan dikelola dengan cara yang benar. penanganan secara
bertahap dapat menyembuhkan secara total. Namun proses penyembuhan harus
berasal dari diri sendiri.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar