Inner Child saat ini menjadi sebuah kata yang banyak menarik perhatian. Bukan hanya psikolog, pemerhati anak, bahkan konsultan perkawinan pun menganggapnya sesuatu yang pantas untuk dikaji. Ternyata istilah yang mewakili kondisi psikologis khusus pada masa kecil ini cukup merugikan. Trauma ini menghambat dan menghebat pada masa dewasa.
Maksudnya apa sih? Nah kajian
tentang hal ini ternyata sangat menarik. Ruang Pulih, sebuah ruang untuk
belajar dan konsultasi pengembangan diri bagi wanita dan anak-anak mengangkat
tema tersebut dalam rangkaian Parade Happy Inner Child.
Di parade pertama happy innerchild saya diajak untuk memahami innerchild, lalu sesi kedua hadir dengan pembahasan soal reparenthing menuju dewasa yang lebih baik. Maka, pada sesi ketiga ini hadir sebagai pembicara Dr. Dr. Adi W. Gunawan, ST., MPd, CCH (R), Ketua Umum Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia dan Drs. Asep Haerul Gani, seorang psikolog, human capital coach dan master trainer.
Inner child menjadi konsen banyak
orang karena dampak negatifnya yang terbawa sampai dewasa. Namun di sisi lain
ternyata ada sisi positif yang juga dapat berkembang dari kejadian buruk masa
kecil tersebut.
Ingin terlepas dari
Inner Child? Cintai diri sendiri
Trauma
masa kecil pada sebagian orang akan melekat dan menjadikan seseorang mempunyai
pribadi yang susah dimengerti. Ada juga yang tidak mau peduli dengan orang lain
dan cenderung menyalahkan pihak lain pada saat menghadapi masalah, namun yang
lebih parah adalah ketika seseorang tersebut selalu menyalahkan diri sendiri.
Kejadian
traumatik ini dapat menyebabkan seseorang tersebut tidak bisa menerima pengaruh
positif dari lingkungan. bahkan cenderung pasif. Hal ini yang membuatnya susah
untu berprestasi.
Kejadian
dari sejak dalam kandungan sampai dengan 10 tahun merupakan masa yang rentan
menyisakan trauma atau inner child. Ini selaras
dengan ilmu parenting bahwa usia
anak-anak merupakan masa membentuk karakter. Oleh karena itu, sangat tidak
boleh berlaku kasar karena dapat membekas sampai dewasa.
Cara
terlepas dari bayangan tersebut adalah dengan menanamkan keyakinan bahwa kamu
hebat, kuat dan pasti berhasil melewati semua tantangan perlu terus ditanamkan.
Untuk bisa menghilangkan dampak negatif inner child lebih besar berasal dari
dirinya sendiri. Sedangkan pihak lain hanya membantu dan memberikan lingkungan yang kondusif saja.
Sifat Trauma dan Fobia
menghambat pencapaian seseorang
Dalam
parade Happy Inner Child sesi ke-3 pak Adi mengangkat sebuah kasus tentang
seseorang yang belum juga memilih pasangan. Sedangkan dari berbagai sisi banyak
orang menilai bahwa si A tersebut sudah mampu dan cukup untuk berumah tangga.
Apalagi dari usia juga sudah mendekati kepala 4.
Setelah
digali informasinya secara detail, klien bukan tidak pernah jatuh cinta atau
tidak ada yang suka. Melainkan justru over
protektif dalam melindungi dirinya sendiri. Trauma kegagalan rumah tangga orang
tuanya yang ditandai dengan pertengkaran, bahkan kekerasan terekam dalam
ingatan sampai dewasa.
Sejak
usia 4 tahun sudah menyaksikan hal yang kurang nyaman dalam pernikahan kedua
orang tuanya. Trauma menyaksikan kejadian tersebut tidak hilang sampai dewasa.
Hal yang dilakukan ketika menjalin hubungan adalah keraguan, apakah akan
bahaya, apakah yang terjadi pada orang tua, tidak akan menerimanya.
Over
protektif inilah yang menyebabkan permasalahan tidak juga
memasuki jenjang pernikahan. Kembali, cara mengatasi dengan mengajaknya untuk
mengenali diri sendiri dan mencintai. Membukakan pikiran bahwa tidak semua
kejadian buruk akan terulang.
Cara
mengatasinya adalah menumbuhkan rasa cinta pada diri sendiri bahwa kita hebat,
kita berarti dan kita bisa berprestasi. Seseorang yang mengalami trauma pada
masa lalu cenderung untuk over protektif
pada diri sendiri.
Sedangkan
pembicara kedua mengangkat contoh kasus yang cukup unik. Pak Asep menyampaikan
apa yang dialami kliennya. Seorang suami yang setiap akan melakukan sesuatu
selalu meminta tanggapan istrinya. Hal ini membuat pasangan merasa kurang
nyaman.
Ketik
sesi hipnoterapi terungkaplah penyebabnya. Suami tersebut ketika masa kecil
mendapat perlakuan beda dari kedua orang tuanya. Saat diajak ke pasar misalnya,
adik-adiknya akan mendapat pertanyaan, ingin beli apa. Sedangkan si suami ini
tidak ditanya.
Mungkin
dianggap anak yang paling besar atau cukup anteng, ibunya tidak perlu membujuk
dengan iming-iming sesuatu. Sikap manisnya di masa kecil, justru menimbulkan
karakter kurang bagus baginya.
Ternyata
sikap orang tua yang lembut pada anak pun bisa salah jika tidak berimbang.
Sedangkan karena kejadian tersebut sudah sangat lama, bahkan mungkin orang tua
sudah tidak ada, maka mau tidak mau harus berusaha untuk sembuh sendiri sangat
penting.
Kenapa Inner Child
menghambat?
Inner
child menghambat seseorang untuk maju karena selalu menahan dengan perasaan
khawatir yang berlebihan. Agar bisa mengatasinya, maka harus mengundang rasa
bahagia. Menghadirkan kembali memori menyenangkan yang pernah dirasakan pada
masa kecil.
Meski
hal ini tidak dapat menghilangkan trauma secara keseluruhan, namun akan
mengurangi kekhawatiran. Cemas, was-was menyebabkan potensi yang dimiliki tidak
dapat tereksplor secara keseluruhan. Bahkan terlalu over protektif pada hal tertentu.
Masalah
lain, innerchild yang belum selesai bisa menuntun seseorang untuk melakukannya
pada orang lain. Sebagai contoh seseorang yang pada waktu kecil mendapat
perlakuan kasar, bisa melakukannya pada anaknya tanpa sadar.
Agar
sifat negatif tersebut hilang perlu melakukan beberapa upaya. Sebagian orang
dapat menghilangkan trauma ataupun rasa sakit di waktu kecil tanpa bantuan
siapa pun. Namun ada juga yang harus mendapat pendampingan dari profesional
untuk dapat mengendalikan perasaan.
Agar cepat pulih, seseorang perlu mengosongkan hati dan memahami innerchild penuh kesadaran. Tujuannya agar sugesti yang bagus untuk menghilangkan inner child bisa datang dan akhirnya secara pribadi mempunyai kekuatan untuk mengembangkan diri.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar