Masalah demi masalah yang datang dalam hidup membuat saya pada sebuah gaya hidup baru. Gaya hidup itu bernama slow living.
Sebuah gaya hidup yang membuat hidup lebih sehat. Di mana saya menjalani hidup yang santai dan berkualitas, menikmati setiap moment dengan penuh kesadaran tanpa sibuk ‘mengejar’ ‘berambisi’ demi label kesuksesan.
Baik sukses yang diukur dari tingginya gaji, sukses dari jabatan yang unggul dibanding yang lain, atau sukses karena sudah tidak menyandang status jomlo lagi.
Lebih tepatnya, Slow living adalah menjalani hidup sesuai dengan hati nurani.
Dengan menerapkan gaya Slow Living, saya semakin tahu bagaimana memanfaatkan internet lebih bijak di zaman digital yang berkembang.
Internetnya Indonesia, menuntut saya pada sebuah kondisi menikmati dan memaknai setiap detik dalam hidup dengan cara yang cerdas dan tepat.
IndiHome mendukung sekali aktivitas saya dalam menikmati gaya hidup Slow Living.
Kenapa Saya Menerapkan Gaya Hidup Slow Living?
Bisa dibilang saya bosan hidup dengan bayang-bayang orang lain. Sejak kecil, dari keluarga banyak menuntut jika saya harus menjadi anak yang berprestasi dan unggul dalam belajar.
Setidaknya, saya harus menjadi juara kelas. Sehingga dalam mindset saya terekam bahwa anak yang pintar adalah anak yang bisa meraih rangking satu di kelas. Di sini, tanpa sadar sebuah ambisi telah muncul.
“Saya harus rangking satu. Kalau nggak rangking satu, nanti orangtua akan marah,” begitu pikir saya di masa kecil dulu.
Kemudian Ketika beranjak dewasa, saat saya lulus kuliah, keluarga sendiri juga sempat membandingkan dengan beberapa teman, tetangga dan bahkan dengan saudara sendiri bahwa saya harus bisa menemukan pekerjaan kantor dengan gaji tinggi. Pergi dengan memakai pakaian dinas rapi, dan sukses beli ini dan itu dari hasil kerja.
Bisa dibayangkan, bagaimana menjalani hidup dengan bayang-bayang orang lain? Dibanding-bandingkan dengan orang lain?
Tentu saja membuat psikis saya tidak sehat, sementara saya adalah tipikal yang sulit untuk mengungkapkan sesuatu. Jadi apa yang saya rasakan hanya bisa dipendam tanpa bisa dikatakan pada siapapun.
Nah, karena saking terbiasanya dituntut ini dan itu, saya merasa hidup saya tidak tenang. Apa yang saya lakukan penuh ambisi yang mau nggak mau harus mengejar ketertinggalan sehingga membuat saya tidak seperti manusia pada umumnya yang menikmati hidup secara alami.
Hingga akhirnya suatu hari saya berada di titik terendah di mana saya telah kehilangan seseorang, yang juga membuat saya kehilangan harapan. Saya pun mengalami depresi. Hidup saya hampa meskipun di sekeliling saya banyak orang berlalulalang menjalankan aktivitas.
Di sinilah saya tersadar bahwa saya harus segera mengubah gaya hidup supaya ritme stres tidak terlalu mendominasi.
Saya harus waras dan mencari tahu bagaimana sih kehidupan yang saya inginkan?
Kehidupan yang benar-benar membuat jiwa saya lebih hidup karena keinginan sendiri, sekaligus sesuai dengan hati nurani. Hidup Bahagia dengan kedamaian batin. Bisakah?
Gaya Hidup Slow Living vs Mental health, Apakah Berkaitan?
Bilang sama dirimu, berhenti menjadi bintang untuk orang lain sementara dalam diri kesepian sepanjang malam. Cobalah untuk memikirkan diri sendiri. Nggak apa-apa kok dibilang egois. Nggak apa-apa juga tidak sempurna karena kesehatan mentalmu lebih berharga. Melambatlah, asal tidak menyerah.
Bicara soal gaya hidup Slow Living, ternyata cukup erat kaitannya dengan masalah Kesehatan mental. Kok bisa? Bisa banget!
Penyebab gangguan Kesehatan mental itu banyak. Beberapa di antaranya mengalami diskriminasi dan stigma, serta kehilangan seseorang yang sangat dekat.
Nah, saya mengalami semua itu saat kecil hingga dewasa. Diskriminasi dari keluarga tentang pencapaian sesuatu.
Lalu stigma negatif akan muncul apabila tuntutan dari keluarga tidak sesuai dengan keinginan mereka. Dan, yang terparah adalah kehilangan seseorang terdekat.
Maka tak heran ketika saya memahami bahwa kesehatan mental sedang terganggu, saya pun memilih menyembuhkannya dengan cara menerapkan filosofi seni hidup melambat atau slow living. Fokus pada diri sendiri, abaikan komentar negatif orang lain.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Inne Moesianto, seorang psikolog yang mencoba mengatakan bahwa Slow Living menjadi alternatif untuk mengistirahatkan pikiran sejenak dari segala macam beban hidup.
Menurutnya, dengan teknologi yang berkembang, tren gaya hidup setiap orang cenderung kompetitif dan ambisius, seperti mengejar prestasi, karir dan juga materi.
Padahal semua itu bukanlah keharusan. Bukankah wajar jika kehidupan mengalami ketidaksempurnaan?
Oleh karena itu, bagi penderita mental health seperti saya memang harus memahami konsep Slow living yang tujuannya adalah menemukan nilai-nilai hidup dan menemukan titik bersyukur atas pencapaian yang didapatkan selama ini.
Slow living membantu para mental disorder untuk hidup sesuai keinginan tanpa perlu memikirkan pendapat orang lain.
Lantas, apa Langkah awal saya untuk menerapkan gaya hidup Slow living ini?
Hidup Saya Berantakan, Penyelamatnya adalah Kesadaran
Dengan menerapkan gaya hidup slow living, Anda dapat meningkatkan produktivitas. Hidup perlahan bukan berarti tidak produktif, tapi fokus pada kegiatan pribadi.
Pahami MOOD demi Perubahan Hati Menuju Kualitas Mental yang GOOD
Pernah terpikir nggak, kenapa Indonesia dikatakan sebagai negara darurat Kesehatan mental?
Sumber foto:katadata.com |
Menurut Survei Global Health Data Exchange tahun 2017, terdapat 27,3 juta orang mengidap gangguan Kesehatan jiwa. Bahkan Indonesia menempati rangking tertinggi di Asia Tenggara yang masyarakatnya mengidap gangguan Kesehatan mental.
Tahukah alasannya kenapa?
Hal ini karena kurangnya kesadaran dari maasyarakat Indonesia terhadap Kesehatan mental. Sebab isu Kesehatan mental masih dianggap tabu.
Bagi mereka, seseorang yang mengalami gangguan Kesehatan mental sering dikaitkan dengan sakit gila. Mereka tidak patut dijadikan teman. Padahal, gangguan mental health dan sakit jiwa memiliki perbedaan.
Nah, karena stigma negatif di negara kita, hendaknya untuk proses penyembuhan mental health ini adalah dengan berani mengakui jika memang mengalami mental disorder.
Selanjutnya, setelah berani mengakui, langkah kedua menuju gaya hidup Slow Living, psikolog saya menyarankan untuk lebih memahami diri sendiri dan mencintai diri sendiri.
Ilustrasi dari data pdskji.org bahwa Masyarakat Indonesia banyak mengalami depresi dan gangguan cemas |
Kalimat yang selalu melekat dari sang psikolog kepada saya adalah “Jangan menunggu orang lain memahami dirimu sedang tidak baik-baik saja. Tetapi kenalilah dirimu lebih dekat apa pemicunya, lalu bilang pada dirimu bahwa kamu tak sendiri. Kamu akan selalu mencintai dirimu dan berproses untuk sembuh."
Ada 3 hal yang saya lakukan untuk lebih memahami suasana hati demi menuju kualitas mental yang baik, yaitu:
1. Ungkapkan Apa yang Dirasakan dengan Konsisten Menulis Journaling
Menulis journaling nampaknya sepele. Tetapi saya berhasil menggunakan metode ini untuk mendeteksi suasana hati yang tidak baik di awal.
Saya menulis journaling rasa curhat di mana apa yang tidak bisa saya ungkapkan kepada orang lain, saya menulisnya di jurnal.
Nah, ketika saya sudah menulis jurnal secara konsisten ketika mau tidur, pikiran yang tadinya ada beban menjadi lebih ringan.
Saya menganggapnya ini metode membersihkan atau disebut katarsis.
Katarsis berasal dari istilah Yunani yang dikaitkan dengan menghilangkan hal negative dalam diri, seperti melepas frustasi, stress, amarah, beban dengan cara mengekspresikannya melalui kata-kata.
2. Gunakan Musik untuk Mengenali Suasana Hati
Percaya atau tidak, jika musik bisa untuk mengenali suasana hati kita sedang tidak baik atau sebaliknya. Saya sendiri saat ingin mendeteksi apakah mood saya baik atau tidak lebih suka dengan cara mendengarkan musik.
Apabila mood saya tidak bagus, maka lagu yang saya putar pun akan cenderung mellow.
Jika suasana hati saya Bahagia, maka lagu-lagu yang saya dengarkan pun memiliki vibes yang menyenangkan dan penuh semangat.
Nah, untuk urusan music streaming online yang bisa diakses di mana saja dan kapan saja, saya berlangganan dengan Langit Musik yang cukup di download melalui IndiHome Apps Store di menu IndiHome TV, lho.
Lagu dapat didengarkan tanpa iklan, tanpa jeda dan pastinya mobile friendly.
3. Deteksi Suasana Hati dengan Mood Tracker
Tak perlu merasa bingung mencari jalan sembuh gangguan mental. Teknologi sudah canggih, jadi informasi apapun bisa Anda temukan dengan mudah.
Saya memanfaatkan sinyal kencang IndiHome untuk mendownload aplikasi mood tracker yang ada di Aplikasi Playstore.
Tak jarang saya juga mencari situs-situs mood tracker yang ada di google. Ingat, aplikasi ini hanya sekadar membantu pengecekan mood saja. Valid dan tidaknya, kitalah yang paling tahu kebenarannya.
Make it simple!
Sejarah Konsep Slow Living, Lambat Tak Selamanya Telat
Sebelum memutuskan untuk menjalankan sesuatu, ada baiknya kita memahami lebih detail sebuah konsep maupun sejarahnya. Dengan demikian informasi yang kita dapatkan tidak setengah-setengah sehingga saat eksekusi pun lebih semangat karena pondasi dasarnya sudah dipahami dengan sangat jelas.
Konsep slow living ini pertama kali dibuat oleh Carlo Petrini pada tahun 1986.
Mulanya, disebut Slow living terinspirasi dari gaya hidup Slow food Movement untuk melawan Gerakan fast food. Yang tujuannya adalah melindungi makanan tradisional dan budaya gastronomi lebih sehat.
Namun dengan tersebar luasnya slow food movement, ternyata justru memicu munculnya gaya hidup baru yang diberi nama gaya hidup melambat.
Di mana gaya hidup ini tujuannya adalah menentang konsumerisme berlebihan serta menepis pandangan bahwa orang akan Bahagia hanya dengan memiliki banyak materi atau kekayaan berlebih. Padahal statement tersebut tidaklah benar.
Konsep Slow Living mengajarkan, hidup lambat bisa bahagia. Dan bahagia tidak melulu ngomongin soal materi. Sebab pencapaian Kebahagiaan hidup itu terlihat apabila kita bisa mengukur kebahagiaan versi sendiri.
Selain itu, Slow Living juga berfokus pada hal-hal kecil yang sering terlewatkan, lalu menikmati kesederhanaan penuh makna. Kenapa demikian? Karena hidup bukanlah perlombaan.
Diperkuat oleh pendapat Carl Honore, penulis in Praise of Slowness, yang merupakan manifesto dari Gerakan lambat pun menjelaskan tentang gaya hidup slow living yang dimaksud adalah Menikmati segalanya yang dikerjakan dengan sebaik mungkin meski lambat, bukan secepat mungkin tapi ujungnya tidak ada nilai kuantitasnya.
Memetik Pesan Gaya Hidup Slow Living dari Dongeng Si Kancil dan Kura-Kura
Rumus Memulai Gaya Hidup Slow Living
1. Memahami Prioritas
2. Berani Menolak Sesuatu yang Nggak sesuai dengan Prioritas
3. Amati dan Nikmati Hal-hal Kecil di Sekeliling Kita
4. Pergi Berjalan-jalan Menikmati Alam
5. Dedikasikan Waktu tanpa Gadget
Pengguna ponsel pintar ditaksir mencapai 6,4 miliar atau 79 persen dari total koneksi secara global (Sumber artikel: tekno.kompas.com)
Hidup tanpa gadget di dunia serba digital nampaknya mustahil. Sebab gadget memiliki banyak peran positif pada kehidupan berkarir secara online.
Namun alangkah baiknya, Anda menentukan batas penggunaan gadget setiap harinya. Semata-mata untuk menikmati hidup Slow Living di mana gadget bisa dimanfaatkan untuk waktu tertentu saja.
6. Hindari Konsumsi Fast Food Terlalu Sering
Kaleigh McMordie, seorang ahli gizi di Lubbock Texas, menyatakan ada bukti bahwa konsumsi makanan dapat mempengaruhi suasana hati, termasuk soal depresi dan kecemasan. (Sumber: liputan6.com)
Peran IndiHome Mendukung Gaya Hidup Slow Living
- Bebas nelpon 10 menit
- Netflix (Basic)
- Disney+ Hotstar
- Paket TV Entry
- Bebas Akses UseeTV GO
- 20 mbps: cocok untuk gamer dengan pengguna internet hanya beberapa orang saja. harga berlangganan cukup terjangkau.
- 50 mbps: sesuai jika ada beberapa pengguna dalam satu rumah. permainan tetap berjalan lancar.
- 100 mbps: cocok untuk yang ingin mendapatkan akses internet terbaik dan penggunaan bebas tanpa khawatir hambatan meski banyak orang menggunakan secara bersamaan.
Kenapa Memilih IndiHome sebagai Provider Terpercaya di Rumah?
1. Jangkauan yang luas hingga ke pelosok
3. Akses internet yang cepat dan stabil
4. Pelayanan Customer Service yang Baik
- Call center dengan nomor 147
- Pesan langsung atau direct message (DM) media sosial IndiHome Care
- Melalui aplikasi myIndiHome
- Mengunjungi Plasa IndiHome terdekat
Be First to Post Comment !
Posting Komentar