Coca-Cola hanya menjual 25 botol pada tahun pertama tetapi terus berjalan
Dunia usaha selalu penuh liku-liku dan tantangan yang sangat berat. Kalimat ini yang saya bilang ke ibu, ketika beliau mengeluh sejak adanya pandemi warung yang beliau rintis 2 tahun lalu mengalami lesu pembeli.
Lagipula, bukan hanya ibu yang merasakan sepi pembeli saat wabah pandemi melanda Indonesia sejak tahun 2020 lalu. Tetapi banyak pebisnis kuliner yang gulung tikar kala itu.
Untuk meredam kesedihan ibu, saya bilang ke beliau, bahwa sekelas Coca-cola yang kini menguasai pasar di dunia, pun dulunya juga pernah mengalami kegagalan dalam penjualan.
Mereka hanya bisa menjual 25 botol minuman ringan setiap harinya, namun hingga kini mereka bisa bertahan dan bisa menjadi raja minuman ringan skala Internasional. Rahasianya apa?
Rahasia kesuksesan minuman ringan Coca-cola hanya dua, yakni keyakinan dan berani inovasi.
Nah, saya pun mulai berpikir keras mencari solusi bagaimana bisnis kuliner pecel lele Lamongan yang dirintis Bapak dan Ibu yang berlokasi di Jl. Raya Ciperna Blok Sigempol 4, Kec. talun, Cirebon ini tidak sampai ditutup.
Sangat disayangkan jika warung ini sampai ditutup. Karena bisnis kuliner pecel lele ini sudah dijalankan Bapak dan Ibu selama 25 tahun, sejak saya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.
Dan warung pecel lele Lamongan yang berlokasi di Ciperna ini, merupakan cabang dari warung pecel lele Trijaya Mulya yang bertempat di Tuparev, yang saat ini dikelola oleh adik.
Meski lokasi berada di kaki lima, warung pecel lele Lamongan di Tuparev inilah yang membuat finansial keluarga kami berubah.
Dari usaha warung pecel lele Lamongan yang bertempat di depan gedung Telkomsel ini juga, saya dan kedua adik bisa kuliah, hingga pembangunan rumah kami yang tadinya berupa gubuk yang tidak kokoh, kini menjadi rumah tembok yang layak huni.
Nah, lantas apa yang harus saya lakukan agar bisnis kuliner yang baru saja dirintis orang tua ini bisa mendapatkan pelanggan setia?
Saya Hidup dari Bisnis Kuliner Pedagang Kaki Lima
"Sekolah yang bener ya, Nduk, di Pondok. Bapak dan Ibu mau mencari rezeki di Cirebon. Adik-adikmu ikut."
20 tahun lalu, saat mendengar kalimat di atas diucapkan oleh bapak rasanya sangat menyedihkan.
Meski saya sudah terbiasa hidup jauh dengan orangtua, entah kenapa ucapan kala itu lebih menyayat hati. Seolah-olah saya nggak rela bapak dan ibu merantau jauh.
Tangis tak bisa dibendung sekalipun saya mengikhlaskan mereka pergi. Malica kecil hanya berpikir,"Berapa tahun bapak dan ibu akan kembali pulang lagi?"
Waktu berjalan dengan cepat. Tanpa disadari tujuan Bapak dan Ibu merantau untuk mengubah nasib keuangan keluarga kami pun bukan sekadar ucapan tanpa tindakan.
Tetapi, Alhamdulillah bapak dan ibu benar-benar membuktikan, bahwa saya dan adik-adik bisa hidup yang layak sekalipun mereka menjadi pedagang kaki lima yang berjualan pecel lele Lamongan di jalan.
Tak hanya abai akan dinginnya angin malam yang menusuk tulang. Hujan deras mengguyur hingga tubuh kaku pun tak dihiraukan. Semata-mata hanya demi ingin melihat saya dan adik-adik bisa menempuh pendidikan tinggi sampai bangku kuliah.
Mungkin menjadi cita-cita orang tua sejak lama bilamana kami, anak-anaknya harus bisa lebih baik dari mereka yang hanya sebatas lulusan SMA.
Dan 25 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk merintis sebuah bisnis kuliner menjadi raksasa. Namun ketika keinginan membuka cabang warung pecel lele Lamongan lagi, pandemi meluluhlantakan harapan kedua orang tua. Lantas bagaimana langkah selanjutnya?
Kendala Mengembangkan Bisnis Kuliner Pecel Lele Lamongan saat Pandemi
Ternyata setelah saya telusuri kenapa bisnis kuliner pecel lele Lamongan ini sepi pembeli. Tak lain adalah karena orang tua saya yang gaptek akan kemajuan teknologi.
Padahal beberapa pesaingnya tetap ramai, bahkan pandemi tidak banyak memengaruhi bisnis kuliner mereka dikarenakan mereka mengikuti tren promosi jualan secara online.
Tak sedikit dari para pebisnis pecel lele di sekitar warung orang tua sudah melek digital. Salah satunya, mereka mulai mempromosikan bisnis kulinernya di beberapa media sosial dan juga menjualnya secara online.
Sementara, orang tua masih bertahan dengan gaya promosi yang masih primitif, dimana menunggu pembeli datang membeli dagangan mereka ke warung.
Nah, sebagai anak yang cukup lama berkecimpung di dunia digital, saya ikut gemas kenapa tidak sejak 2 tahun lalu saya pindah ke Cirebon dan ikut mengembangkan bisnis pecel lele Lamongan ini menjadi bisnis kuliner keluarga?
Hingga akhirnya, saya pun berpikir kira-kira strategi apa yang harus saya gunakan supaya bisa membawa bisnis kuliner pecel lele Lamongan ini Go Digital?
Kuncinya adalah inovasi. Tapi, inovasi apa yang harus saya lakukan?
Berinovasi adalah Kunci
Jangan temukan pelanggan untuk produk Anda, temukan produk untuk pelanggan Anda.” – Seth Godin
Akhirnya,Saya mencoba mengambil poin dari kata bijak penulis ternama asal Amerika Serikat, Seth Godin. Menurut beliau jangan temukan pelanggan untuk produk Anda, temukan produk untuk pelanggan Anda.
Artinya, di sini saya tidak lagi berpikir soal berapa banyak pelanggan yang datang ke warung pecel lele Lamongan kami. Tetapi, saya lebih berpikir untuk memahami apa yang dibutuhkan pelanggan atau konsumen kami saat ini.
Idealnya orang jualan adalah memerhatikan produk bermanfaat untuk konsumennya. Sebuah produk akan sangat dicari saat kebutuhan mendesak. Sehingga di sinilah masalah konsumen terselesaikan.
Kerennya, hal di atas kalau dalam strategi pemasaran kerap dikenal dengan pain point.
Ecie ... Saya sok jadi analis pemasaran ya di sini. Hahaha
Yah, maklumlah, saat ini saya juga sedang berkecimpung di salah satu bisnis start up hosting sebagai marketing. Jadi, saya seolah-olah punya tugas untuk menyelesaikan masalah bapak dan ibu di bisnis kulinernya kali ini.
Hingga akhirnya, baru-baru ini, saya pun mulai membuat konsep bagaimana pecel lele Lamongan yang dijual bapak dan ibu ini lebih terlihat profesional dibanding kompetitornya.
Saya juga memikirkan bagaimana pembeli bisa merasakan nikmatnya hidangan pecel lele Lamongan tanpa harus datang untuk makan di warung kami sebelumnya.
Hingga tercetuslah sebuah ide untuk memasarkan jualan pecel lele Lamongan ini melalui grabfood, gofood dan beberapa media sosial, seperti Instagram, website bisnis kuliner pecel lele Lamongan sekaligus penerapan aplikasi kasir di warung kami.
Nah, ide-ide di atas tentu tidak akan berjalan secara maksimal apabila alat tempurnya tidak mumpuni.
Oleh karenanya, saya butuh laptop bisnis terbaik yang bisa mendukung pembuatan website kuliner sekaligus optimasinya.
Saya juga butuh alat tempur profesional yang siap diajak mendesign flyer promo, design foto lebih menarik untuk dibagikan di media sosial.
Inpirasi konten Instagram untuk bisnis kuliner pecel lele Lamongan |
Tak ketinggalan, sebagai wacana ke depan, saya juga butuh laptop bisnis yang siap diajak mengoperasikan aplikasi kasir di warung pecel lele kami.
Nah, saat ide-ide briliant berputar di kepala, kebetulan Asus belum lama ini juga merilis laptop bisnis mumpuni Asus ExpertBook B7 Flip (B7402) yang sudah diperkuat oleh prosesor Intel® Core™ generasi ke-11 terbaru dan juga Intel® Iris® Xᵉ graphics.
Saya rasa, inilah laptop bisnis yang tepat dan cocok menjadi alat tempur yang siap menggempur bisnis kuliner pecel lele Lamongan lebih laris manis.
ASUS ExpertBook B7 Flip (B7402), Solusi Tepat untuk Bisnis Kuliner Pecel Lele Lamongan
Kecepatan Lebih Cepat, Koneksi Lebih Aman
Era laptop 5G telah dimulai di Indonesia melalui kehadiran ExpertBook B7 Flip," ujar Jimmy dalam keterangan resmi yang diterima KompasTekno, Rabu (8/6/2022).
"Berkat konektivitas 5G, ExpertBook B7 Flip dapat membantu penggunanya tetap terhubung di manapun dan kapanpun,” imbuh dia.
Ukuran Ringkas, Ringan, dan Tangguh dengan Standar Militer
Spesifikasi Mesin yang Amazing
Memiliki Pendingin yang Optimal
Pecel Lele kan dibukanya hampir 24 jam. Apa nggak masalah jika laptop terus menyala jika nanti diterapkan aplikasi kasir? Panas nggak mesinnya?
Rasanya, saya nggak perlu takut jika laptop akan mengalami panas karena Asus ExpertBook B7 Flip sudah disematkan sistem pendingin Advanced Hybrid Cooling System atau AHCS yang dirancang untuk menghilangkan panas dengan cepat saat diperlukan.
Jadi, laptop mau dipakai seharian pun tidak bakal ada drama ngehang lagi deh.
Pasti pernah merasakan, gimana sebelnya saat laptop mendadak ngehang? Padahal ada kerjaan penting yang harus diselesaikan saat itu. Bikin gemes tentunya!
Nah, keunggulan dari Asus Expertbook B7 Flip ini yang saya incar di mana laptop bisnis lain belum tentu memiliki fitur ini. Jadi solutif banget.
Selain kekhwatiran akan laptop yang cepat panas, ketahanan baterai acapkali menjadi pertanyaan besar penggunanya.
Lantas, apakah Asus Expertbook B7 Flip ini baterainya tahan lama?
Jawabannya adalah iya. Laptop bisnis Asus itu menggunakan baterai 3-cell Li-ion dengan kapasitas 63 WHrs yang diklaim punya daya tahan sampai 12 jam pemakaian normal.
Wow, seharian bakal aman ya diajakin kerja? Tentu dong!😍
Jadi, saya simpulkan jika laptop bisnis Asus kali ini memang sangat cocok digunakan untuk meningkatkan produktivitas bisnis pecel lele Lamongan yang dirintis Bapak dan ibu saat ini.
Nais. Urusan kuliner pun nggak lepas dari laptop bisnis terbaik ya.
BalasHapus