Perempuan dalam pingitan corona. Inilah sebutan yang pantas untuk para perempuan di Indonesia. Bagaimana tidak, hampir semua aktivitas terpusat pada perempuan selama pandemi ini. Perempuan mendadak berubah menjadi CEO rumah tangga.
Tidak sedikit juga, perempuan menjadi tulang punggung keluarga. Peran perempuan semakin sentral dan menjadi sorotan utama. Oleh sebab itu, sebagai seorang perempuan, saya tergerak untuk menulis sebuah kisah nyata. Sebuah kisah di mana perempuan dalam pingitan corona dengan banyak keterbatasan, ternyata mampu bertahan dan berjuang.
Dari Hobi Jadi Cuan
Perempuan memiliki peran multitasking dalam keluarga. Dan pandemik ini, perempuan pun semakin ditempa. Bahkan perempuan didorong untuk dapat melahirkan bisnis kreatif dari tangannya.
Adalah Cicik Rosida, single mom dengan satu putri ini membuktikan pada para perempuan di Indonesia. Di tengah keterbatasannya sebagai ibu tunggal. Dia tidak ingin menyerah sekalipun pandemi telah mempora-porandakan hati, fisik dan keuangannya.
Sebulan lalu saat kami sempat bertemu, dia bercerita jika dalam keadaan apa pun perempuan harus tetap bergerak. “Nggak perlu takut. Dalam bisnis apa pun pasti ada untung dan rugi. Kalau nggak dicoba dulu, bagaimana kita tahu?” begitu titahnya pada saya.
Dari situ saya melihat ada semangat membara yang tak akan pernah padam. Bagaimana tidak, hampir 2 tahun ini, dia telah bekerja keras. Ketika utang yang ditanggungnya belum lunas, sementara pandemi sempat melumpuhkan keuangannya.
“Harusnya aku sedih. Tapi aku ingat anak. Dia tidak perlu merasakan ini,” tuturnya sembari matanya berkaca-kaca.
Saya merasakan betul bagaimana seorang single mom berjuang sendirian mencari nafkah, apalagi ada beban utang yang harus dia tanggung. Maka saya tak salah mendaulat Mbak Cicik, begitu saya memanggilnya, sebagai seorang perempuan inspiratif di masa pandemi. Perjuangannya untuk keluarga kecilnya cukup membanggakan.
Saat ini dia menjadi seorang leader di salah satu training center online di bisnis perempuan. Kesehariannya, dia bekerja secara online, mulai dari membina reseller, konsisten branding di media sosial, dan juga menghandle beberapa klien online serta mengisi konten di fanspage untuk bisnis.
Saya rasa bukan pekerjaan mudah. Tiga aktivitasnya sebagai seorang leader di atas, harus benar-benar dilakukan secara fokus supaya mendapatkan hasil maksimal.
Kerennya lagi, di sela dia sedang beristirahat dari pekerjaan online tersebut, Mbak Cicik juga mencoba lebih kreatif dengan memanfaatkan peluang, yakni merawat tanaman.
“Kok bisa jadi penjual tanaman, Mbak?” tanya saya waktu itu.
“Bosan di rumah. Kerjaan itu-itu saja jadi monoton. Ya udah aku iseng merawat tanaman depan rumah. Awalnya memang cuma ingin melihat bunga-bunga depan rumah lebih manis dipandang mata. Tetapi semakin ke sini, aku happy melakukannya. Dan tak sengaja sebagai sarana self-healing biar semakin waras jadi ibu tunggal.”
Saya tidak menyangka jika keisengannya membuahkan hasil. Dari seringnya saya mengamati media sosialnya di facebook, tanaman-tanaman tersebut semakin hari semakin banyak. Yang tadinya cuma satu jenis tanaman, dalam hitungan minggu sudah ada bibit tanaman baru lagi yang harus dia rawat. Lalu beberapa hari kemudian tanaman tersebut siap dikirim ke pemiliknya.
“Laku banyak mbak?”
“Alhamdulilah. Sekarang makin banyak bibit yang harus dibudidayakan, lalu dijual lagi. Nggak bayangin dari hobi jadi cuan,” ungkapnya dengan wajah berbinar.
Saya bahagia melihatnya tersenyum semringah seperti itu. Sebagai sesama single mom, saya selalu mendukung apa pun yang dia lakukan.
Terlebih ketika dia bercerita kembali, bahwa selain memanfaatkan waktu luang dengan bercocok tanam, dia juga memfasilitasi anak-anak kampungnya yang membutuhkan pelajaran tambahan.
Katanya, ketika orang lain sedang tidur siang, dia justru baru memulai les privat dengan anak-anak. Kegiatan inipun tak menjadi bebannya karena menurutnya dengan membuka les privat seperti ini. Secara tidak langsung dia mengajak putri semata wayangnya untuk ikut belajar juga tanpa harus disuruh.
“I’m Happy to do that. InsyaAllah pandemik ini mengajarkanku banyak hal dan menjadi perempuan yang lebih kuat.”
Yes, di sinilah seorang superhero sebenarnya. Ketika dia mampu memperjuangkan kebahagiaannya sendiri tanpa beban. Ketika dia mampu mencari solusi dari masalah dengan mengubah mindset yang lebih positif.
Berawal dari Film Lion King Menjelma Menjadi Entrepreneur di Masa Pandemi
Hal serupa pun dilakukan oleh Triana Dewi, seorang ASN di salah satu sekolah negeri di Lamongan, juga ibu tunggal dari empat orang anak. Yang juga merangkap profesi sebagai blogger, influencer dan juga pebisnis di masa pandemi.
Terkadang melihat kelincahannya dalam memperjuangkan keluarganya dalam mencari nafkah cukup membuat saya geleng-geleng kepala.
Mengenalnya sebagai seorang blogger aktif, lalu baru-baru ini beliau sedang merintis bisnis online PALUGADA. Apa saja dia jual asalkan halal.
Sempat heran, kenapa begitu nekad? Sementara banyak orang yang menutup bisnisnya karena ancaman corona yang tak kunjung usai. Tetapi perempuan yang usianya hampir setara dengan ibu saya ini justru memilih membuka peluang bisnis baru. Bahkan berkat keuletannya dalam berbisnis berangkat dari modal seadanya, dia juga merambah ke bisnis reseller bolu kukus Siliwangi. Nah, kan?
Pesanan Bolu Kukus Siliwangi Laris Manis di Bulan Ramadan |
Kekaguman saya belum usai akan semangat Bu Triana yang tak pernah surut. Beberapa bulan lalu bercerita jika mendapatkan orderan baju seragam yang jumlahnya cukup banyak untuk ibu-ibu pengajian di daerah Paciran. Lalu disusul dengan berita baik lainnya jika bolu kukus Siliwangi mendapat pesanan 100 box di awal bulan puasa lalu.
Sempat saya bertanya, apa motivasi beliau selama ini dalam berbisnis di masa pandemi? Dan jawabannya pun cukup singkat.
“Hakuna Matata. Jangan khawatir dengan apa yang terjadi esok hari,” begitu ungkapnya.
Sedikit tertampar dengan motivasi yang diusung oleh Bu Triana dalam membangun bisnis. Karena jujur, saya masih sering galau jika dihadapkan dengan persoalan masa depan. Tak jarang saya memikirkannya terlalu dalam. Tetapi dari sosok Bu Triana ini, saya belajar bahwa yang terjadi esok adalah hak mutlak Allah. Lantas apa yang perlu dikhawatirkan?
Tips Berbisnis Ala Single Mom di Masa Pandemi
Seringkali saya membaca curhatan teman single mom di laman facebook, bahwa menjadi seorang ibu tunggal itu susah karena dilihat dari usia, tentu tak lagi muda.
Alasan lainnya diungkapkan karena dulunya ibu hanya berada di rumah, sementara pencari nafkah adalah ayah. Maka ketika perpisahan terjadi, ibu merasa pesimis menafkahi keluarga.
Bagi Anda yang masih merasa begini atau bingung memulai bisnis. Anda bisa mencoba tips bisnis dari dua perempuan inspiratif di masa pandemi ini, Yakni Cicik Rosida dan Triana Dewi.
5 Tips Berbisnis Sukses Versi Single Mom di Masa Pandemi
1. Bentuk Mindset Bisnis yang Benar
Memulai bisnis dengan modal kecil bisa Anda coba dengan membentuk mindset bisnis yang tepat. Dengan mindset yang tepat, Anda akan lebih mudah dalam menjalankan bisnis.
Anda akan didorong lebih peka tentang kesempatan untung dan rugi. Lalu, mindset yang benar juga akan membentuk diri Anda untuk membulatkan niat berbisnis.
2. Manfaatkan Media Sosial
Anda bisa belajar dari dua single mom ini. Cicik Rosida membangun bisnisnya dengan cara konsisten membentuk personal branding di media social facebook. Di sana dia bercerita apa saja tentang aktivitasnya sehari-hari. Tak jarang juga memberikan tips yang bermanfaat untuk kaum perempuan untuk keluar dari zona nyaman. Anda bisa kepoin facebooknya Cicik Rosida.
Sementara Bu Triana lebih intens membangun komunikasi dengan calon customernya di story whatsapp. Kalau saya bilang, tiada hari tanpa update status. Hehe …
Tetapi dari sana justru personal branding beliau sebagai pebisnis palugada terbentuk sangat apik serta mendatangkan closing yang tak disangka-sangka.
Selain menggunakan media whatsapp, beliau juga membangun branding took online-nya di media social instagram yang diberi nama @mytdshop. Kepoin ya!
3. Berkomitmen dan Konsisten
Sekalipun bisnis dibangun dengan modal kecil, Anda tidak boleh menjalankannya secara asal-asalan.
Dari kisah Cicik Rosida dan Triana Dewi di atas, mereka menjalankan bisnisnya dengan komitmen dan konsisten. Mereka benar-benar meluangkan waktu berpromosi agar bisnisnya bisa tumbuh.
Maka, jangan ragu untuk memulai meski Anda harus berjalan tertatih terlebih dahulu. Karena jaminannya, ketika seorang owner bisnis mampu konsisten dengan bisnisnya sendiri. Maka orang lain akan lebih mengenalnya.
4. Bersedekah
Entah kebetulan atau tidak, tetapi saya mengenal mereka berdua cukup dekat. Jadi saya bisa simpulkan sebagian kesuksesan dari bisnis yang dijalankan adalah kuncinya terletak pada bersedekah.
Dua single mom ini selalu menyisihkan penghasilan bisnisnya untuk berbagi dengan yang lain. Nominal sedekah yang dikeluarkan tidak menjadi patokan utama. Yang terpenting, kita ingat bahwa sebagian rezeki yang kita dapatkan, ada hak orang lain.
5. Tidak Buru-Buru Mencari Untung
Kunci berbisnis lainnya adalah sabar berproses. Bisnis tidak melulu berbicara soal untung besar di awal. Semuanya butuh waktu untuk proses bisnis agar berkembang.
Jika Anda sabar dengan proses yang dijalani, maka bisnis perlahan-lahan akan menemukan jalannya. Bertumbuh dan berkembang. Sebaliknya, ketika Anda terburu-buru dalam membesarkan bisnis, maka bukan keuntungan yang And peroleh. Melainkan bisnis bisa saja stuck di tengah jalan. Sayang, kan?
Kesimpulan
Pandemi bukan halangan untuk berhenti mengais rezeki. Anda hanya butuh bergerak mencari jalan. Carilah motivasi dari mana saja yang mampu membuat Anda bangkit dari urusan finansial.
Layaknya Bu Triana yang terinspirasi dari film Lion King dengan jargon Hakuna Matata. Dia selalu bergerak membesarkan bisnisnya. Satu poin penting yang harus digarisbawahi, yakni Allah sudah menjamin rezeki masing-masing hamba-Nya. Sehingga tugas kita adalah bergerak menjemputnya.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar