Cara Mengendalikan emosi - Mengawali tahun 2021, tidak seindah yang saya bayangkan. Meskipun saya sudah membuat beberapa planning untuk 365 hari ke depan. Apalah daya, di awal-awal pergantian tahun, tantangan demi tantangan sempat membuat saya jatuh.
Saking putus asa, sampai-sampai saya berpikir,"Kenapa gini amat, ya, hidup saya?" Saya hanya bisa mengeluh dan menangis sepanjang waktu. Merenungi semua perbuatan yang mungkin banyak membuat orang-orang di sekitar saya merugi.
"Mbak, coba deh mbak pergi ke suatu tempat. Yang jauh, ya. Silakan menenangkan diri."
Seseorang mengatakan itu kepada saya. Seolah-olah dia tahu apa yang saya rasakan. Seolah-olah dia tahu cara mengendalikan emosi seperti apa. Apakah dia bilang begitu karena sering saya marah-marahi? Sering saya cuekin hanya karena masalah kecil? atau seringnya dia menjadi pelampiasan kemarahan saya akibat terlalu banyak masalah yang menumpuk di kepala?
"Aku baik-baik saja dan nggak perlu pergi ke mana-mana untuk saat ini. Aku hanya butuh pengakuan saja, Jika aku memang tidak seperti yang kamu sangka. Mungkin yang aku butuhkan saat ini adalah cara mengontrol emosi agar semua orang tidak terkena imbasnya."
"Tetapi semua pernyataan mbak di sini, sungguh sama sekali tidak menunjukkan mbak baik-baik saja. Apa yang saya katakan, Mbak selalu mengartikan beda. Mbak selalu marah nggak jelas. Sedikit-sedikit baper. Saya nggak tahu harus gimana, mbak. "
Apakah sikap saya saat ini separah itu? Pasti lawan bicara saya kesal banget ya? Lantas, saya harus bagaimana?
Saya pun memutuskan untuk memberi jeda untuk diri sendiri. Saya membatasi diri dan merenungi semua perkataan seseorang itu. Saya ingin mencari tahu apakah benar jika saya memang tidak baik-baik saja?
Di sebuah ruangan gelap, di suatu malam saya menumpahkan semua uneg-uneg yang sama sekali tak bisa saya ungkapkan kepada siapapun. Bukan, bukan berarti saya nggak ada teman untuk berkeluh kesah. Tetapi seorang teman lain pernah berkata,"Buanglah sampah di kepalamu pada orang yang tepat. Jangan sampai menyusahkan apalagi menjadikan beban orang lain karena masalahmu." Dari kalimat itulah saya berpikir untuk memilih mencari orang yang tepat agar hidup lebih bahagia.
Kelola Emosi Agar Stabil? Cintai Dirimu dulu!
"Sebenarnya ada apa dengan saya? Kenapa tidak bisa menahan emosi? Kenapa selalu terbawa perasaan jika ada sedikit kalimat yang nggak cocok saat mengobrol?"
Mbak Malica coba bersandar di tembok. Pejamkan mata, lalu ceritakan semuanya kepada saya. Semuanya dengan jujur, ya, Mbak.
Kalau nangis gimana?
Artinya mbak normal. Kalau ada masalah, sementara mbak justru tertawa, ini aneh.
Saya takut mengulang trauma beberapa tahun lalu. Dan itu sangat menyakitkan, Mbak.
Saya paham. Makanya, kali ini mbak harus jujur sama diri sendiri. Mbak nggak kasihan sama diri sendiri? Sudah berapa lama mbak menyakiti diri sendiri? Jangan pernah merasa sendiri, mbak!
Saya bersandar di tembok mengikuti arahannya. Beberapa detik selanjutnya, saya mematikan lampu dan menutup pintu kamar rapat-rapat. Malam itu, saya sengaja menitipkan anak-anak di rumah bibi sementara. Saya ingin sendirian di rumah.
Sambil selonjoran, saya bercerita apa saja. Tentang apa pun yang membuat pikiran saya ruwet. Dengan sangat jujur saya mulai mencari akar permasalahan dari diri saya sendiri. Ini tidak mudah karena saya harus mengingat memori lama yang sebenarnya tidak ingin saya ungkapkan kepada siapapun. Tetapi karena saya ingin sembuh, mau tidak mau saya harus menelusuri satu demi satu kenangan di masa lalu hingga nanti bisa mencari benang merahnya untuk terhubung dengan masa kini.
Sesi curhat kali ini jauh berbeda dengan curhatan biasanya. Saya nangis sesenggukan sambil diarahkan bagaimana cara self-healing dengan benar. Kemudian saya juga diarahkan bagaimana mengenal diri sendiri yang ternyata di sana, dia sangat tersiksa akibat perlakuan saya yang terlalu mengabaikan masalah. Saya melarikan diri dengan cara mencari kesibukan dan kesibukan, hingga akhirnya masalah menumpuk di kepala yang berdampak pada stress. Bisa juga ke arah depresi atau paling parahnya saya akan terjangkit depresi Distimia.
Apa itu depresi distimia? Dysthymia atau depresi presisten adalah sebuah gangguan depresi ringan jangka panjang. Yakni minimal berlangsung selama 2 tahun. Seseorang yang mengalami depresi ini akan kehilangan minat menjalani aktivitas sehari-hari , merasa putus asa, kurang produktif dan rendah diri. Kapan-kapan saya akan membahasnya, ya.
“Apakah saya akan terjangkit depresi itu mbak?
Kalau Mbak Malica tidak segera menanganinya sekarang, kemungkinan bisa terjadi. Tapi saya akan bantu perlahan, ya. Harapan saya, Mbak Malica lebih mencintai diri sendiri lagi saja.
Apa yang harus saya lakukan?
Mbak nggak perlu membuat orang senang, sementara mbak nggak tenang. Cintai diri mbak, maka orang akan lebih mencintai mbak. Hargai diri mbak, maka orang lain akan lebih menghargai diri Mbak Malica. Ini saja yang harus mbak lakukan jika mbak nggak mau bayangan yang meringkuk di pojokan itu terus meneteskan air mata setiap hari. Mau kan?
Mau, Mbak. Saya akan berusaha.
Jangan lupa lebih giat lagi dengan cara mengontrol emosi di mana pun agar tetap waras.
Sesi konsultasi malam itu cukup panjang. Rasanya legaa sekali. Saya seperti membuang banyak sampah yang selama ini menyumbat di dalam otak. Terpendam di sana sehingga membuat saya kelimpungan sendiri. Padahal, sampah-sampah itu harus rutin dibuang, katanya begitu.
Penting untuk Dibaca:
Kenapa Saya Selalu Emosi? Cari Tahu Penyebabnya,Yuk!
Jangan sampai lupa, setiap masalah pasti ada penyebabnya. Ketika seseorang mengatakan saya mudah baper. Saya tidak menelan mentah-mentah ucapan tersebut. Saya akan mencari tahu kenapa dia mengatakan saya baper. Sama halnya ketika saya marah-marah, seseorang mengatakan saya harus belajar cara menahan emosi agar menjadi pribadi lebih tenang dalam menghadapi masalah.
Nah, berikut saya coba membagikan pengalaman pribadi cara mengenali emosi yang tidak stabil. Kira-kira, biasanya penyebab emosi suka meledak itu apa sih? Apa yang membuat emosi tidak stabil?
Stres
Darimana emosi itu datang? Tak dimungkiri awal tahun 2021 ini saya memang sedang stres cukup berat. Aktivitas di dunia nyata, bolak-balik Cirebon-Lamongan demi mengurus ibu sakit membuat fisik dan psikis capek luar biasa. Belum lagi lingkungan kerja yang sering bersebrangan. Kondisi seperti ini secara tidak sadar membuat saya gampang marah.
Kurang Tidur
Nyaris setiap malam saya hanya sempat tidur selama 4 jam. Selelah apa pun, saya tetap susah tidur. Apalagi jika saat dikejar deadline, bisa-bisa saya nggak tidur sampai pagi. Di sini saya tidak menyadari bahwa kebiasaan tidak mengatur pola tidur dengan baik ternyata menjadi pemicu datangnya emosi, mudah tersinggung dan menjadi lebih sering marah dengan masalah kecil.
Apa yang Sudah Direncanakan Tidak Sesuai Keinginan
Sebagai wanita yang memiliki kepribadian feeling introvert, saya selalu ambisius setiap kali ada keinginan. Nah, tahun 2020 lalu, saya memang sedang membuat plan untuk diri sendiri. Nyatanya karena kurang tenaga untuk menghandelnya, saya pun gagal. Masa kegagalan ini membuat saya gelisah dan membuat saya marah tanpa sebab.
Hubungan Tidak Seimbang
Acapkali ledakan emosi yang saya alami terjadi karena saya merasa diperlakukan tidak adil. Saya selalu merasa menjadi korban dalam beberapa hal. Saya selalu disalahkan meski saya sudah melakukan sesuatu dengan usaha yang maksimal. Perasaan menjadi korban ini tak bisa saya ungkapkan kepada siapapun. Saya memendamnya sendiri hingga akhirnya meledak dan muak.
Tertekan Karena Pekerjaan
Bukan tidak nyaman dalam menjalani sebuah pekerjaan. Tetapi karena saya kurang mahir dalam kelola managemen waktu, sementara managemen energinya terbatas. Akhirnya, ketika banyak pekerjaan menumpuk dan saya belum bisa menyelesaikannya terkendala beberapa hal membuat saya tertekan. Siapa yang salah?
Jelas diri sendiri dong. Nggak bisa menyalahkan orang lain. Untuk itu, saya harus belajar menjadi orang yang berprinsip agar kelola emosinya seimbang.
Penting untuk Dibaca:
10 Cara Mengendalikan Emosi Agar Hidup Lebih Sehat dan Bahagia
Punya masalah tandanya saya masih hidup. Benar? Jadi seharusnya nggak perlu dipikirkan terlalu dalam yang mana dampaknya akan membuat diri merasakan depresi. Agar terhindar dari depresi, baiknya saya memang harus belajar cara mengontrol emosi dengan benar.
Bagaimana caranya? Simak apa saja cara mengendalikan emosi wanita agar terhindar dari marah sekaligus masalah.
Latihan Pernapasan
Wanita feeling introvert memang cenderung sering terbawa suasana emosi. Tipikal FI juga suka moody. Jadi cara yang baik agar tidak mudah marah, maka tips kelola emosi dengan cara latihan pernapasan. Ketika marah, tarik napas yang dalam dan lambat dari hidung, lalu keluarkan dari mulut perlahan-lahan. Latihan ini sebagai langkah awal untuk belajar cara menahan emosi.
Relaksasi Otot
Saat sesi konsultasi dengan psikolog, saya juga diajarkan untuk relaksasi otot untuk menjadi pribadi yang lebih tenang. Tidak diperlukan peralatan dalam praktiknya. Saya cukup menggerakkan beberapa bagian tubuh, seperti leher, bahu, gerakan tangan dan kaki yang membantu mengendalikan emosi
Mengucapkan Kalimat Menenangkan Berulang-ulang
Cara mengontrol emosi paling mudah adalah dengan membiasakan diri mengucap kalimat positif yang bersifat menenangkan. Misal, Tenang saja. Malica tidak ada apa-apa atau Santai ya. Semua orang peduli padamu dan lainnya.
Terkesan remeh? Tetapi sungguh efeknya luar biasa untuk psikis yang sedang tidak baik-baik saja
Mendengarkan Musik
Dua bulan ini, saya lebih rajin memutar music untuk self-healing. Hanya berupa instrument slow tetapi bisa membuat saya tenang. Biasanya, saya memutarnya saat malam hari menjelang tidur. Saya menepi ke sebuah ruangan, pastinya setelah anak-anak tidur nyenyak. Di tempat itu pula terkadang saya sampai tertidur. Nggak nyangka sih jikalau music bisa menjadi teknik mengontrol emosi murah meriah. Hehehe
Berhenti Sejenak dari Akktivitas
Setiap kali merasa diri tidak baik-baik saja. Maka dengan cepat saya akan mengabarkan kepada beberapa rekan kerja. Saya izin untuk tidak banyak aktivitas di grup online. Terkadang, tanpa saya meminta pun, teman-teman saya ini paham. Barakallah, saya sangat bersyukur memiliki mereka. Karena memang jalan inilah yang akan mengembalikan emosi saya stabil kembali.
Mendekat kepada Sang Pencipta
Lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta adalah cara mengelola emosi paling ampuh menurut saya. Ketika saya mampu menangis kepada-Nya kapan saja, mengadu semua masalah kepada-Nya membuat saya tenang jiwa dan raga. Apa yang tidak bisa saya ceritakan kepada orang lain secara jujur, saya ungkapkan semuanya sama Allah.
Tulis, Sobek dan Bakar
Ingin marah tetapi tidak mau melukai orang lain? Ada kebiasaan rutin ketika saya mulai baper, muak dengan emosi negatif dan ingin meledak marahnya. Maka cukup sering saya melakukan ritual menuliskan semua kekesalan pada sebuah kertas. Meluapkan semua emosi, lalu menyobeknya dan membakarnya. Ritual ini saya anggap sebagai sarana membuang emosi dan melupakan semua yang sudah terjadi.
Berhitung
Tips mengendalikan emosi ini saya dapatkan dari seorang teman yang menyarankan untuk membuka salah satu instagram seorang penyitas mental health. Salah satu teknik yang dia pakai adalah dengan cara berhitung.
Ketika emosi udah hampir meledak, disarankan untuk menghela napas dalam-dalam. Lalu berhitung 1-10 pelan-pelan.
Jika masih ingin marah, maka lanjutkan berhitung lagi, begitu seterusnya sampai emosi benar-benar stabil. Konon, saat aktivitas berhitung ini dilakukan, denyut nadi akan turun sehingga berpengaruh pada pengendalian saat marah pun ikut reda.
Yoga
Yoga sudah popular sebagai teknik melatih konsentrasi untuk mengontrol emosi. Yoga ringan sangat bermanfaat untuk mengurangi stress sehingga menjadikan tubuh lebih rileks dan perasaan lebih tenang. Bagi yang belum pernah melakukan yoga sebelumnya, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Berpikir Positif
Saat dilanda masalah yang cukup rumit, mencoba berpikir positif itu penting. Berhenti menanggapi sesuatu yang bersifat negatif yang kerap memicu munculnya emosi. Memang sulit, saya sudah merasakannya. Untungnya, banyak teman yang mengingatkan untuk berpikir positif.
Pernah melakukan kesalahan itu wajar, jangan terlalu menjadikan diri merasa insecure. Positive thinking dan berusaha memperbaiki agar emosi tidak terganggu sehingga mudah sekali marah.
Kesimpulan
Percayalah, saya maupun Anda tidak pernah sendiri. Setiap makhluk hidup yang masih bernapas pasti tidak lepas dari masalah kehidupan. Jadi, cobalah belajar kontrol emosi dengan baik sebagaimana 10 cara mengendalikan emosi di atas. Tahu, kan, jika memelihara emosi secara berlebihan tidak baik untuk diri sendiri? Jikalau sampai terjadi dengan Anda, maka cepatlah ambil tindakan sebelum terjadi hal buruk, ya.
Semoga saya maupun kalian yang membaca tulisan ini terhindar dari masalah emosi yang sejatinya bikin hidup tidak tenang. Peluk diri sendiri dan meminta maaf. Lakukan berulang sebagai sarana self love. Selamat mencoba!
Memang untuk mengendalikan emosi susah sekali, mungkin adanya artikel ini saya dapat belajar untuk mengendalikan emosi saya saat ini dan seterusnya
BalasHapusSelain yang diatas, Salah satu masa-masa suka emosi itu kalau aku saat mau mentrulasi dan hamil mbak. jadinya sensi banget. Jadi pas saat-saat ini mesti banyak-banyak istigfar.
BalasHapusaq banget nih mbak yang kadang tertekan karena kerjaan belum beres tapi udah dapat kerjaan baru lagi, yang lebih sering sih kerjaan rumah yang udah pasti nggak ada habisnya ya
BalasHapusSaya sudah baca semua artikel di atas, alhamdulillah dapet pengalaman menarik dari mbak Malica. Kalo saya sendiri nih paling suka kalo emosi sedang naik ya "istighfar", duduk, dan atau bisa baca Al-Quran rutin setiap hari bisa sebagai self healing lho. Hati dan jiwa semakin tenang. Apalagi kalo baca Alquran sambil membaca artinya maka masya Allah kita semakin jadi rendah hati dan hidup jadi tenang, termasuk dlm hal kontrol emosi. Makasih artikelnya.
BalasHapusMba Malica peluuuuuk. Sepertinya dirimu dulu sosok yang perfeksionis ya mba. Semoga setelah benang kusut itu diurai satu per satu, pikiran mba gak lagi ada beban. Depresi jangka pendek jika tidak diatasi lama kelamaan akan menjadi depresi jangka panjang juga. Teirma kasih sudah berbagi dengan kita.
BalasHapus"nggak perlu membuat orang senang, sementara mbak nggak tenang"
BalasHapusBener banget ini mbak, saya pun pernah dalam fase ini. Sekarang sih sudah bisa lebih cuek, yang penting saya tenang dan jadi diri sendiri.
Saya kalau kurang tidur juga bawaannya gampang marah, dan anak-anak udah hapal ini. jadi kalau siang saya bilang "mama mau tidur dulu ya, kalian main bertiga" mereka mengiyakan aja. Daripada mamanya nemani main, tapi sebentar2 galaknya keluar
Duuuuuh ini kok nampol banget ya tulisannya
BalasHapusSerasa ngaca deh aku. Hampir semuanya aku alami nih
Benerbener harus belajar mengendalikan diri akuuuu hiks
Semoga masih ada kesempatan agar tak sampai membuat orang-orang terluka dan tersakiti karena pengendalian emosiku yang kurang
Puk Puk kak malica..
BalasHapusRasanya pasti plong banget setelah sesi curhat ke psikolog ya kak.
Kadang, aku tu kalo udah ruwet banget, berusaha masa bodo dengan semuanya.
Kalimat yang terus kuulang adalah "everything Will be Ok, it Will be passed away"
Menghindari masalah dengan segala macam kesibukan. Mungkinkah aku juga menggali semua kenangan masa silam yang terkunci dalam kontak pandora itu?
BalasHapusLet me think. Memang benar bahwa masalah sudah seharusnya kita hadapi dan selesaikan. Bukannya mengabaikan dan mencari pengalihan dengan beragam kesibukan.
Tapi, mendiamkan sejenak masalah yang ada juga perlu. Meredakan emosi sesaat lalu kemudian menghadapinya dengan kepala dingin. Asal jangan sampai keterusan. Hehehe
Kalau saya cenderung yang kena emosi dari orang sekitar daripada yang jadi tukang emosi. Kalau ada yang marah karena beberapa hal yang bukan salah saya, saya hanya diam dan berpikir jika orang tersebut memang sedang banyak pikiran.
BalasHapusWah, keren ini. Saya merasakan banget nih sering emosi (marah). Pernah saya merenung, kayaknya saya emosian karena terlalu banyak tuntutan. Akhirnya saya kurangi satu per satu aktivitas. Metode berhitung bagus juga nih. Perlu dicoba..hehe
BalasHapus"Mbak nggak perlu membuat orang senang, sementara mbak nggak tenang."
BalasHapusSaya termasuk salah satu kategori orang ngga enakan mba, yang ngga bisa lihat orang lain susah padahal ya saya juga ngga enak. Susah emang, kita ngga bisa membahagiakan semua orang, kan?
Bener juga kalau saat seseorang sedang 'depresi', mungkin kita hanya perlu menyediakan telinga. Bukan nasehat. Mereka tidak butuh nasehat, hanya butuh didengar. Semangat mba Malica :)
Tulis sobek bakar itu boleh juga dicoba selain latihan pernapasan, yoga, berpikir positif, dan lain-lain ya Mbak Malica... bisa menjadi saluran emosi tp gak sampai melukai perasaan orang lain
BalasHapusWuih, ini artikel yang cukup pas untuk memberikan tips seputar cara mengendalikan emosi. Siapa sih manusia yang tidak pernah emosi? Pastinya kita dong.
BalasHapusAda satu kalimat yang masih saya ingat. Tidak akan pernah kita emosi selama kita tidak mengizinkannya. Artinya faktor-faktor luar yang bisa membuat kita emosi, maka akan benar-benar menjadi emosi jika kita memilih untuk itu. Bukankah otak atau pikiran kita sendiri yang kendalikan? Jadi, mulailah dari mengendalikan sesuatu yang bisa kita kendalikan, yaitu: pikiran kita sendiri.
emosi oarang beda-beda, cara menangani juga beda" berkat postingan ini saya bisa mempelajari cara dan mengatur emosi dengan baik
BalasHapuswah saya baru tau nih mba untuk tips tulis, sobek, dan bakar. saya mau coba juga untuk meluapkan emosi. makasih banyak ya mba tipsnya
BalasHapusKurang satu mbak, saya mudah emosi kalau lagi laper mkwkw. Tapi memang sepakat sih, kita nggak bisa bikin semua orang hepi. Boleh nih tipsnya saya coba pas lagi berapi-api.
BalasHapussatu hal yang paling bikin sering naik emosi adalah karena apa yng direncanakan tidak terealisasi. jadi bawaannya kesel aja, padahal lebih seringnya itu karena kelalaian diri sendiri.
BalasHapuskalau sekarang lebih memilih untuk istigfar tiap kali merasa emosi dan belajar menerima kalau tidak semua hal harus berjalan baik2 saja, kalau memang tidak memungkinkan yah sebaiknya kita terima dan pikirkan bagaimana memperbaikinya dikemudian hari.
Terima kasih sharingnya mba Malica..betul banget bahwa saat emosi segala sesuatu bisa tak terkendali. Saya juga mau ah terapkan tips2 yg tertulis.di sini...
BalasHapusRecently, saya mulai mencoba pendekatan kepada Sang Pencipta Mbak. Beberapa kali terbentur permasalahan demi permasalahan yang saya nggak bisa atasi, membuat saya tersadar betapa lemahnya saya tanpa bantuan-Nya.
BalasHapusYang saya minta hanyalah, kemudahan dan kemampuan menyelesaikan masalah di depan mata. Dan untuk hasilnya, udah saya pasrah sepasrah-pasrahnya pada Beliau Yang Maha Bijaksana.
Setelah membaca ini Saya jadi kepikiran apa selama pandemi ini Saya juga depresi ya ? soalnya mirip seperti yang dideskripsikan di atas. Dunia memang berubah banget. Nanti Saya mau coba tipsnya, dimulai dari menghirup nafas dalam-dalam..
BalasHapusSaya rajin yoga selama setahun ini salah satunya buat menekan emosi emang.. sadar deh saya orangnya emosian.. saya merasa kadar emosi saya berkurang.. tapi orang orang bilang belum hahahhaha.. nggak apa apa yang penting udah usaha
BalasHapusHuhuhu, bener banget..Saya termasuk jenis orang yang mudah tantrum kalau kurang tidur. Jadi, kalau sudah ngantuk sangat, gampang mengaum kayak singa.
BalasHapusHiks
Peluk virtual buat mbak Malica
BalasHapusAku tahu semua yang mbak jalani itu berat, aku doakan semoga Allah selalu berikan kemudahan
Terima kasih sudah menulis ini
Aku juga masih punya PR untuk bisa mengendalikan emosi
Terutama jika kurang tidur dan banyak deadline
satu hal yang gampang menyulut emosiku adalah bila saya kurang tidur, Mba. Bila berhari-hari kurang tidur, saya akan gampang marah dan mudah nangis. Untungnya suami selalu sigap kalo sudah melihat saya uring-uringan seperti itu
BalasHapusAku tuh kalau stres, malah gak kerasa, kak..
BalasHapusTapi langsung di badan mengeluarkan reaksi. Misalnya mendadak bolak-balik ke toilet atau pusing. Ini berarti ada masalah.
Saking denial nya kali yaah..
Huhuu..
Harus disadari, diri ini memiliki limit yang gak sama dengan orang lain mengenai psikis. Semoga dengan menyadari, kita bisa healing dengan baik.