Seperti apa calon pasanganku?- Ngomongin soal pasangan kadangkala membuat saya bosan. Tidak cukup sekali atau dua kali ditanya "Kapan Nikah lagi?" dan jelas dong jawabannya tetap sama. Karena memang belum terpikir kapan mau membina rumah tangga baru lagi. Sedangkan menurut orang tua dan beberapa orang terdekat, saya seharusnya sudah menikah lagi.Hiks
Hmmm...Kebayang rempongnya? Nyesek ya ditanyain terus? Hahaha
Sebenarnya saya sadar betul kenapa mereka menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang. Tentu saja khawatir, dan bisa juga kasihan melihat saya pontang-panting sendiri. Mulai dari mengurus anak sendiri, urus rumah sendiri, hingga urusan mencari nafkah. Jadi, sangat wajar.
Namun, adakalanya saya merasa tertekan karena diberondong pertanyaan yang sama, diulang-ulang pula. Sempat berpikir juga, Emang, kalau udah nikah lagi, semua masalah bakal beres gitu?
Ah, nggak juga, kan?
Terus, gimana dong? Kapan nikah? Hahaha
Sebelum memutuskan menikah untuk kedua kali, setidaknya ada beberapa hal yang harus benar-benar saya perhatikan. Penting banget, lho, buat saya. Secara nih saya bukan gadis lagi, melainkan single parent yang memiliki dua anak. Tentu saja kiat memilih pasangannya jauh berbeda dengan mereka (baca:Jomlo keren) yang sedang berburu pasangan halal.
Setidaknya ada poin penting, yang mungkin tidak masuk dalam kriteria para singlelilah tersebut. Contoh sederhana, misal para single yang masih gadis dan tampan rupawan, penampilan wajah akan menjadi kriteria utama mencari calon pasangan halal. Sedangkan bagi saya, urusan wajah bisa menjadi kriteria nomor terakhir. Jauh bedanya, kan? Hihi
Nah, di artikel ini saya akan sedikit curhat tentang kiat memilih pasangan hidup versi single parent. Tentu saja ulasan sederhana ini cocok dibaca teman-teman single parent yang senasib dan seperjuangan. Tetapi jika kalian para singlelilah- mau ikutan baca juga, wuah, saya senang banget dong. Yuk, simak. Apa saja sih kiat-kiatnya?
1. Kenali Diri Sendiri
Gimana sih karakter Malica? Sifatnya kayak gimana ya?
Yup. Mengenali diri sendiri lebih dalam menjadi poin penting sebelum memutuskan untuk mencari pasangan hidup ideal. Saya harus tahu siapa dan seperti apa diri saya sebenarnya. Bagaimana karakter dan sifat yang ada dalam diri. sehingga dari sini, saya bisa menentukan pria seperti apa yang cocok menjadi imam until jannah.
Sayangnya, meski yang dianalisa adalah diri sendiri. Ternyata tidak semudah diucapkan. Saya masih saja kesusahan mengenali diri sendiri. Hingga saya pun mencoba trik jitu agar infonya lebih valid. Yaitu, bertanya pada teman, saudara, atau sahabat. Saya meminta mereka memberikan pandangan jujur siapa saya. Dan pastinya dilarang baper dong kalau mereka sudah mengeluarkan pendapat jujur.
Sejatinya, pendapat mereka itu paling manjur. Dari sanalah saya jadi tahu tentang kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Sehingga saya pun bisa memilih siapa pria yang tepat menikah dengan saya nantinya. Pria yang bisa menerima dan menutupi kekurangan saya. Begitupun sebaliknya, saya harus bisa menerima dan menutupi kekurangan yang dimiliki calon pasangan hidup. Seru nggak tuh?
Baca juga: Cara Mengatasi Insecure pada Diri Sendiri
Ketika kita sudah menyelesaikan masalah dengan diri sendiri dengan mengenali kekurangan dan kelebihan, proses selanjutnya adalah cintai diri kita sebelum mencintai orang lain. Ini benar, bahkan penting. Karena dengan menyayangi diri sendiri terlebih dulu, maka orang lain akan lebih paham bagaimana harus menyayangi kita.
Jangan pernah menempatkan diri sendiri sebagai obyek yang boleh disakiti, atau bahkan dibuat terluka hatinya. Kita yang lebih paham dengan diri sendiri, maka, kita harus bisa memperlakukan diri dengan baik. Prioritaskan diri untuk mendapatkan kebahagiaan dari pasangan. Dengan begini kemungkinan calon pasangan kita akan lebih menghargai pasangan.
Konon ada yang bilang, jodoh adalah cerminan dari kepribadian kita. Pria yang akan menemani kita dalam suka dan duka, sebenarnya tidak akan jauh-jauh dari gambaran pribadi kita. Maka, sudah selayaknya untuk memantaskan diri terlebih dahulu untuk menyambut jodoh impian.
Kenapa saya menikmati masa single selama 5 tahun? Jawabannya adalah karena saya menemukan passion yang tepat. Passion membuat saya benar-benar hidup setelah patah hati. Dengan menggali passion saya ini, semangat hidup lebih terbakar.
Oleh karenanya, dalam proses pencarian jodoh impian yang terakhir, insyAllah.
Saya menginginkan pasangan hidup yang mau mendampingi tujuan yang ingin saya capai. Dia adalah sosok yang akan mendukung apa impian yang saya inginkan.
Yang lebih menarik, kita akan membangun mimpi yang sama dengan passion yang sama pula. Sehingga kita tidak perlu mengorbankan passion masing-masing hanya demi cinta. Benar nggak nih?
Saya menginginkan pasangan hidup yang mau mendampingi tujuan yang ingin saya capai. Dia adalah sosok yang akan mendukung apa impian yang saya inginkan.
Yang lebih menarik, kita akan membangun mimpi yang sama dengan passion yang sama pula. Sehingga kita tidak perlu mengorbankan passion masing-masing hanya demi cinta. Benar nggak nih?
5. Menurunkan Ego Diri
Menikah tidak hanya mengikat dua hati, tetapi juga menyamakan visi dan misi. Jika sudah menikah, pasangan akan menjadi teman berbagi, teman berdiskusi, dan teman bercanda setiap hari.
Maka, demi terciptanya hubungan yang langgeng, penting sekali untuk belajar menurunkan ego diri agar saat menghadapi perbedaan pandangan dengan pasangan tidak memicu pertengkaran. Kita bisa dengan lembut dan santun menyampaikan pendapat, tanpa perlu saling menyudutkan.
Jadi dalam prosesnya, saat ini saya belajar untuk menurunkan ego sendiri, juga belajar mengendalikan emosi yang baik. Tujuannya tak lain agar kelak bisa membangun hubungan cinta bersama pasangan lebih romantis dan dinamis. Pastinya hubungan terjalin dengan sangat menyenangkan. Semoga harapan ini terkabul, ya. hehehe
Pernikahan adalah sebuah perjalanan panjang yang akan dijalani seumur hidup. Jadi, teman yang kita butuhkan sebagai pendamping hidup pun tidak hanya yang bisa menolong dan mendukung, tetapi harus bisa membawa kita dekat dengan Tuhan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa mencari jodoh impian yang seiman juga penting.
Pasangan seiman yang nanti mengajarkan banyak hal sesuai syariat agama yang dianut. Dia mendasari sebuah pernikahan untuk mencari rida-Nya demi merengkuh surga bersama. Alasan lainnya, memiliki jodoh seiman lebih sedikit memicu konflik rumah tangga.
7. Bibit, Bobot, Bebet
Di jawa, filosofi memilih jodoh masih berpegang teguh pada bibit, bobot, dan bebet. Bahkan, hal pertama yang ditanyakan ketika ada perempuan dan pria yang menyatakan saling serius, kemudian ingin menikah. Tiga kata ajaib tersebut bakal dikepoin duluan.
Hal ini dipertegas lagi oleh pakar parenting, Ayah Edi, juga menyampaikan bahwa konsep dari filosofi Jawa tersebut mengandung kearifan dan masih menjadi adat istiadat.
Hal ini dipertegas lagi oleh pakar parenting, Ayah Edi, juga menyampaikan bahwa konsep dari filosofi Jawa tersebut mengandung kearifan dan masih menjadi adat istiadat.
Lantas, apa sih yang dimaksud bibit, bobot, dan bebet itu?
Bibit adalah kriteria memilih pasangan dilihat dari asal-usul atau garis keturunan. Bukan berarti calon menantu harus kaya atau berasal dari golongan darah biru, ya. Bibit lebih bermakna pada latar belakang seseorang yang jelas. Dari mana dia berasal, bagaimana sifat dan wataknya, serta tentang didikan orang tua yang tercermin dari perilakunya.
Bobot cenderung pada kualitas diri lahir dan batin. Termasuk keimanan, pendidikan, pekerjaan, kecakapan, serta perilaku calon pasangan. Mungkin terlihat remeh, kenapa sih harus ditanyakan pendidikannya gimana? Ini contoh ya.
Bagi saya, pasangan menikah yang berpendidikan cenderung memiliki tingkat berpikir yang luas. Pikirannya tidak sempit dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, kenapa penting ditanya tentang pekerjaan? Kok, kelihatan matre sih!
Tentu saja salah jika ada yang berpikir menanyakan apa pekerjaan calon imam rumah tangga dianggap matre. Ketahuilah, tidak semua perempuan seperti itu. bertanya tentang pekerjaan memiliki tujuan, yang tak lain adalah menilai keseriusan calon pasangan yang akan diajak menikah.
Di sisi lain, pekerjaan bisa dijadikan tolok ukur kesanggupan menafkahi keluarga sekaligus siap menjadi imam dalam rumah tangga. Sangat masuk akal, bukan?
Di sisi lain, pekerjaan bisa dijadikan tolok ukur kesanggupan menafkahi keluarga sekaligus siap menjadi imam dalam rumah tangga. Sangat masuk akal, bukan?
Bebet atau cara berpenampilan. Menurut orang Jawa, melihat cara berbusana bisa dijadikan gambaran dari pribadi orang tersebut. Tapi, untuk penilaian bebet ini tidak terlalu penting banget.
Baca juga: 5 Cara Suami Atasi Istri Baby Blues
Baca juga: 5 Cara Suami Atasi Istri Baby Blues
Karena bukan pernikahan pertama, perihal keseriusan ini pun perlu berhati-hati. Tentu kalian tahu kenapa alasannya, kan? Yang pasti saya tidak ingin mengalami kegagalan kedua kali.
Jadi, bila perlu saya harus menguji keseriusan pasangan. Mulai dari selalu tepati janji, berani bertemu orang tua, rencana masa depan jelas, dan pastinya mau dekat dengan anak-anak, ya.
Kenyamanan adalah kunci indahnya sebuah hubungan pernikahan. Juga salah satu indikasi untuk menemukan pasangan hidup yang tepat.
Maka saya harus memeriksa hati terlebih dahulu semisal ingin menjalin hubungan dengan seorang pria.
Apakah saya merasa cocok dengannya?
Apakah saya nyaman berbincang tentang apa saja dengannya?
Apakah saya bisa menerima kekurangannya?
Jika hati saya menjawab iya, mungkin bisa saja saya membuka hati kembali, kan? Hehehe
Jangan terlalu terlena dengan yang namanya cinta saat memilih pasangan hidup. Jika boleh saya bilang, cinta bukan syarat utama menuju pernikahan bahagia.
Jadi tidak sepenuhnya benar apabila menikah tanpa cinta tidaklah bahagia. Yang utama adalah mencari pasangan yang siap mendukung apa rencana hidup kita. Di sinilah besar kemungkinan dia adalah calon belahan jiwa.
Yah, meski kita tahu bahwa yang namanya jodoh itu rahasia. Tetapi setidaknya, seseorang yang bisa membuat kita semangat dengan mendukung impian dan cita-cita kita, dan bukan sebaliknya. Mungkin bisa dipertimbangkan lagi, ya.
Jadi tidak sepenuhnya benar apabila menikah tanpa cinta tidaklah bahagia. Yang utama adalah mencari pasangan yang siap mendukung apa rencana hidup kita. Di sinilah besar kemungkinan dia adalah calon belahan jiwa.
Yah, meski kita tahu bahwa yang namanya jodoh itu rahasia. Tetapi setidaknya, seseorang yang bisa membuat kita semangat dengan mendukung impian dan cita-cita kita, dan bukan sebaliknya. Mungkin bisa dipertimbangkan lagi, ya.
11. Dengarkan Kata Hati
Menentukan siapa pria yang pantas menjadi pasangan hidup kita memang tidak mudah. Oleh karenanya, sangat penting mendengarkan kata hati sebelum memutuskan Saya siap menikah. Jangan pernah memaksa menikah dengan seseorang hanya karena terpaksa atau desakan orang tua. Apalagi jika alasannya karena malu terlalu sering dinyiyirin tetangga atau orang lainnya.
Ketahuilah, tujuan menikah bukan hanya menyatukan dua hati, dua individu. Selain sebagai salah satu cara menyempurnakan agama. Dengan menikah, kita berniat menguatkan ibadah sebagai benteng untuk menjaga kehormatan diri agar terhindar dari hal-hal yang dilarang agama. Sekaligus, menikah juga menjadi investasi akhirat dengan mendidik anak-anak agar menjadi salih dan salihah.
Maka, sudah sepantasnya jika kita memilih imam yang mampu membimbing kita. Bertanggung jawab sepenuhnya pada diri kita sebagai pendampingnya untuk mengejar rido Allah bersama-sama, bukan? Jadi, pilih sesuai kata hati. cari yang nyaman di hati dan yakin jika dialah calon belahan jiwa sampai maut memisahkan.
Teman, menikah bukan sebuah perlombaan. Siapa yang cepat mendapatkan jodohnya, dialah pemenangnya. Sama sekali tidak, ya.
Maka, jangan terlalu pusing jika saat ini jodoh impian belum datang mendekati. Ada baiknya dalam masa penantian menunggu jodoh, kita lebih banyak memberikan peluang pada diri sendiri untuk memperbaiki diri dan memperbanyak ilmu.
Maka, jangan terlalu pusing jika saat ini jodoh impian belum datang mendekati. Ada baiknya dalam masa penantian menunggu jodoh, kita lebih banyak memberikan peluang pada diri sendiri untuk memperbaiki diri dan memperbanyak ilmu.
Hingga ketika saatnya jodoh itu datang, kita pun siap berjuang bersama membangun rumah tangga impian yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah. Nah, semoga 11 kiat memilih pasangan di atas tersebut bermanfaat bagi kalian yang saat ini sedang proses menunggu jodoh yang siap halalin ke bapak dan ibu, ya.
Kiat memilih pasangannya cakep banget, nih. Jodoh memang di tangan Tuhan. Tapi kita wajib menyiapkan diri dan boleh banget dong punya kriteria lelaki idaman. Apalagi bagi mereka yang pernah gagal dalam pernikahan sebelumnya. Pastinya harus ekstra hati-hati agar nggak terulang kembali.
BalasHapusBagi kita para single mom ini, jodoh yang bisa dekat dengan anak-anak itu penting banget. Jangan lah kalau kebahagiaan jadi milik kita sendiri aja.
Dan, yaaa ... Aku juga belum terpikir sih soal menikah lagi. Daftar urusan lain masih panjang, hahaha ...
Jodoh memang ditangan Allah. Namun ikhtiyar untuk mengambil hati hamba allah juga bisa diraih dgn mendekatiNYA lebih khusyu di setiap ibadah.
BalasHapusInsyaa allah kita semua mendapatkan jodoh yg terbaik menurut Allaaah.Aaammiiin.
Setuju banget nih, sebagai seorang perempuan tentu saja tidak hanya sekedar ketemu lelaki trus langsung nikah.
BalasHapustetap perlu membuat kriteria suami yang kita mau. supaya tidak seperti membeli kucing dalam karung.
kebayang dong kalau seorang perempuan tidak tahu menahu tentang calon suaminya, bagaimana kalau ternyata dia bukan lelaki yang bertanggungjawab? aduh... semoga dijauhkan dari hal yang negatif ya Mbak...
Nanya hal yg sangat sensitif gini ke org lain, jujur aja aku ga berani :). Kecuali kalo orangnya sendiri yg mau membicarakan itu.
BalasHapusIni ingetin aku waktu cerai dari ex suami pertama juga mba. Banyak ditanya kapan akan menikah LG, daaaan banyak tentangan dari mana2 juga :). Cuma bedanya aku blm dikaruniakan anak waktu itu , jd mungkin kriteria pasangannya juga beda lagi :D. Tentangannya dari pihak kluarga pacar yg kurang ikhlas ngelepasin anaknya ke janda :D. Makanya sempet putus nyambung, tp akhirnya kita dapat restu juga sih, mungkin Krn diliat kayaknya ga bisa dipisahin hahahahah.
Krn aku prnh ngerasain susahnya ditanya seperti itu, makanya LBH bisa bersimpati Ama temen2 single parent ato cerai tanpa anak yg mengalami hal serupa. Semoga yaaa, THN depan ato mungkin THN ini, bisa dilancarkan untuk masalah jodohnya .. dan bener, itu ga usah dikejar Krn bukan perlombaan. Daripada ntr malah menyesal belakangan :)
Ah, Mbak Fenny makasih banget semangatnya. Iya, kadang saya hopeless kalau ditanya kapan nikah. Berasa gimana gitu. Hahaha
Hapusaku mah jarang nanya2 gitu kecuali orang itu yg cerita, kalau ketemu temen lama juga gak pernah nanya macam2 hanay nanya kabar saja, coba kalau nanya berapa anaknya tahunya belum nikah kan berabe
BalasHapusWkwkwk... Aku setuju sama ini mbak. Aku juga jarang kok nanya gini. Kecuali mereka cerita sendiri ya
HapusAku pernah nulis juga tentang pertanyaan menyebalkan itu. Risih sih, beneran. Cuma yg mendekati preferensi calon suami idaman belom ketemu. Hahaha pertanyaan ini gak ada habisny.
BalasHapus